Burung hantu
adalah kelompok burung yang merupakan anggota ordo Strigiformes. Burung ini
termasuk golongan burung buas (karnivora, pemakan daging) dan merupakan hewan
malam (nokturnal). Seluruhnya, terdapat sekitar 222 spesies yang telah
diketahui yang menyebar di seluruh dunia (wikipedia)di dunia barat, hewan ini
dianggap simbol kebijaksanaan, tetapi di beberapa tempat di Indonesia dianggap
pembawa pratanda maut, maka namanya Burung Hantu, walau begitu tidak di semua
tempat di Nusantara burung ini disebut sebagai burung hantu.
Burung hantu
dikenal karena matanya besar dan menghadap ke depan, tak seperti umumnya jenis
burung lain yang matanya menghadap ke samping. Bersama paruh yang bengkok tajam
seperti paruh elang dan susunan bulu di kepala yang membentuk lingkaran wajah,
tampilan "wajah" burung hantu ini demikian mengesankan dan
kadang-kadang menyeramkan. Apalagi leher burung ini demikian lentur sehingga
wajahnya dapat berputar 180 derajat ke belakang.
Umumnya burung
hantu berbulu burik, kecoklatan atau abu-abu dengan bercak-bercak hitam dan
putih. Dipadukan dengan perilakunya yang kerap mematung dan tidak banyak
bergerak, menjadikan burung ini tidak mudah kelihatan; begitu pun ketika tidur
di siang hari di bawah lindungan daun-daun.
Mata yang
menghadap ke depan, sehingga memungkinkan mengukur jarak dengan tepat; paruh
yang kuat dan tajam; kaki yang cekatan dan mampu mencengkeram dengan kuat; dan
kemampuan terbang tanpa berisik, merupakan modal dasar bagi kemampuan berburu
dalam gelapnya malam. Beberapa jenis bahkan dapat memperkirakan jarak dan
posisi mangsa dalam kegelapan total, hanya berdasarkan indera pendengaran
dibantu oleh bulu-bulu wajahnya untuk mengarahkan suara.
Burung hantu
merupakan salah satu jenis burung hantu yang kerap digunakan sebagai hewan
pembasmi hama tikus di sektor pertanian. Burung hantu merupakan musuh bebuyutan
dari tikus. Karena itu mulai banyak petani maupun perusahaan pertanian yang
menggunakan burung hantu untuk menanggulangi serangan tikus. Burung hantu lebih
efektif dibandingkan pengendalian tikus menggunakan racun tikus, gropyokan
(perburuan tikus melibatkan banyak orang secara bersama-sama dan serempak) dan
lain-lain.
Sebagai predator
alam, burung hantu jenis Serak Jawa (tyto alba) merupakan pemburu tikus yang
paling populer dan andal, baik di perkebunan kelapa sawit maupun di pertanian
padi. Dalam pertanian, sepasang burung hantu bisa melindungi 25 hektar tanaman
padi. Dalam waktu satu tahun, satu ekor burung hantu dapat memangsa 1300 ekor
tikus.
Burung hantu
juga merupakan predator tikus yang efektif di perkebunan kelapa sawit.
Penggunaan burung hantu bisa menurunkan serangan tikus pada tanaman kelapa
sawit muda hingga di bawah 5 persen. Dari segi biaya, pengendalian serangan
tikus menggunakan burung hantu lebih rendah 50 persen dibandingkan penanggulangan
tikus secara kimiawi.
Sejumlah
pemerintah daerah mulai menggunakan burung hantu untuk meningkatkan produktivitas
tanaman padi mereka dikarenakan kemampuan burung hantu yan sangat luar biasa
dalam membasmi tikus dan hal itu dibarengi dengan tanggapan positif dari
beberapa daerah yang telah mulai menyusun undang-undang untuk melindungi burung
hantu.
--central owl--

Tidak ada komentar:
Posting Komentar